Tiap tahunnya, Valentine’s Day selalu menjadi hal fenomena yang sering mendapatkan perdebatan. Ada pro dan kontra terhadap hari yang
disimbolkan sebagai Hari Kasih Sayang ini. Sebenarnya seperti apa sih Valentine Day, yang disebut-sebut haram, menurut pandanganku?
Awalnya aku bingung mau menulis postingan ini seperti apa, mulai dari mana, dan gaya bahasa seperti apa? Karena keterbatasan waktu, aku memilih untuk menyajikannya dalam bentuk Question-Answer atau FAQ karena kalau dalam bentuk paragraf akan memakan waktu mikir yang lama. Maklum aku masih belajar menulis (2016).
Awalnya aku bingung mau menulis postingan ini seperti apa, mulai dari mana, dan gaya bahasa seperti apa? Karena keterbatasan waktu, aku memilih untuk menyajikannya dalam bentuk Question-Answer atau FAQ karena kalau dalam bentuk paragraf akan memakan waktu mikir yang lama. Maklum aku masih belajar menulis (2016).
Ket : Q = Question (pertanyaan dari orang-orang).
A = Answer (Jawaban dari aku).
Langsung saja ya :
Q :
“Apa itu Hari Valentine ?”
A : “Hari Valentine adalah hari yang diklaim sebagai hari kasih sayang sedunia yang jatuh pada tanggal 14 Februari.”
A : “Hari Valentine adalah hari yang diklaim sebagai hari kasih sayang sedunia yang jatuh pada tanggal 14 Februari.”
Q
: “Lho, mengapa mesti ada hari
kasih sayang? Ngapain 'capek-capek' menunggu tanggal 14 Feb untuk menyatakan kasih
sayang terhadap orang sekitarmu?”
A : “Valentine’s
Day bukan sebuah perayaan karena (lebih
tepatnya) menyebutnya sebagai Hari Peringatan. Memang benar, kalau ingin nunjukin kasih sayang tidak perlu menunggu sampai tanggal 14 Februari. Setiap hari wajib dong tunjukkin kasih sayang kepada
sesama, kepada alam, teristimewa kepada Tuhan.
Akan tetapi, karena ini adalah Hari Peringatan, artinya, dijadikan sebagai simbol hari yang mengingatkan kita untuk mengasihi satu-sama lain. Mungkin dalam setahun yang lalu kamu ga peduli lingkunganmu, acuh tak acuh terhadap sesama/sekitarmu, ga pernah perhatian kepada teman, keluarga dan sekitarmu, maka di tanggal 14 Feb ini kita diingatkan kembali untuk kembali mengasihi.
Akan tetapi, karena ini adalah Hari Peringatan, artinya, dijadikan sebagai simbol hari yang mengingatkan kita untuk mengasihi satu-sama lain. Mungkin dalam setahun yang lalu kamu ga peduli lingkunganmu, acuh tak acuh terhadap sesama/sekitarmu, ga pernah perhatian kepada teman, keluarga dan sekitarmu, maka di tanggal 14 Feb ini kita diingatkan kembali untuk kembali mengasihi.
Sama hal nya dengan Peringatan Hari Ibu yang jatuh tiap 22 Desember. Bukan berarti kita mengucapkan “Aku sayang ibu” hanya pada tanggal 22 Desember, bukan?
Q : “Tapi kan Hari Valentine itu Hari Raya Agama
Kristen, sedangkan aku non-Kristen.”
A : “Aku Kristen, tapi aku baru
kenal Hari Valentine pas SMP/SMA dan selama ini aku tidak pernah merayakannya
baik secara pribadi maupun bersama keluarga."
Q : “Kok kamu ga ngerayain Valentine ?”
Q : “Kok kamu ga ngerayain Valentine ?”
A : “Waktu
SD, aku tanya ibu tentang Hari Valentine dan saja Ibuku ga terlalu ngerti dengan
Valentine (karena itu bukan ajaran agama yang tertera di Alkitab). Aku baru tahu itu dari teman-teman di sekolah.
Q
: “Berarti kamu dan ibumu
ga ngerti tentang agamamu dong. Coba searching dulu biar
tau kalau Hari Valentine adalah Perayaan Kafir, Budaya Paganism yang diadopsi
umat Kristiani sebagai hari rayanya.”
A : Coba dibaca poster berikut.
Apakah itu yang kamu maksud ?
Biarkan kujelaskan mengapa aku sebetulnya kagum sama budaya Valentine ini meskipun aku hampir tidak pernah merayakannya.
Poster tersebut benar. Asal usul sejarah Valentine ini ada dua tahap. Pertama: seperti yang tertera pada gambar di atas: budaya Paganisme, Festival Lupercalia. Kedua: mengenai kisah Santo Valentine (Katolik).
Zaman dahulu
agama belum ada seperti saat ini. Budaya menyembah dewa atau kepercayaan roh-roh sangat kental, begitu pula dengan Romawi Kuno yang saat itu menganut Budaya Paganisme (aliran
yang mempercayai banyak dewa). Pada masa
itu, tanggal 13-15 Februari diperingati sebagai Hari Festival Lupercalia, budaya Paganisme ketika agama belum masuk.
Namun, setelah agama Kristen (Katholik) masuk ke Romawi, banyak yang mulai meninggalkan kebiasaan memuja dewa dan beralih menyembah Tuhan. Akan tetapi, untuk meninggalkan adat-istiadaat dan kebiasaan yang turun temurun cukup sulit dan membutuhkan waktu. Terlebih lagi zaman dulu, pengertian tentang Tuhan dan agama sangat jarang untuk dibicarakan.
Akhirnya Kaisar Romawi beserta krunya melakukan kebijakan yang menarik untuk mengajak jutaan umat meninggalkan budaya Paganism. Itu merupakan hal yang tidak mudah, bahkan untuk mengajak 1 jiwa atheis untuk mempercayai Tuhan cukup sulit, bukan?
Namun, setelah agama Kristen (Katholik) masuk ke Romawi, banyak yang mulai meninggalkan kebiasaan memuja dewa dan beralih menyembah Tuhan. Akan tetapi, untuk meninggalkan adat-istiadaat dan kebiasaan yang turun temurun cukup sulit dan membutuhkan waktu. Terlebih lagi zaman dulu, pengertian tentang Tuhan dan agama sangat jarang untuk dibicarakan.
Akhirnya Kaisar Romawi beserta krunya melakukan kebijakan yang menarik untuk mengajak jutaan umat meninggalkan budaya Paganism. Itu merupakan hal yang tidak mudah, bahkan untuk mengajak 1 jiwa atheis untuk mempercayai Tuhan cukup sulit, bukan?
Bagaimana bisa terjadi?
Kembali lagi dengan kisah St. Valentine. Beliau adalah seorang Santo Romawi yang saat itu menunjukkan kasih sayangnya kepada sesama, ia menolak kekerasan, dan menolak kebijakan untuk melarang muda-mudi menikah. St. Valentine meninggal sebagai martir pada tanggal 14 Februari. Karena kisah hidup beliau yang penuh kasih sayang, maka tanggal wafatnya dijadikan sebagai Hari Kasih Sayang. Awalnya, beliau diangkat sebagai Santo/ Orang Suci dan tanggal 14 Februari dan ditetapkan sebagai salah satu Hari Raya Katolik.
Aku sempat berpikir bahwa kisah St.
Valentine ini masih tergolong kisah yang "biasa" (maksudnya ga setragis atau sedalam kisah hidup Santo/Santa lainnya), tetapi mengapa sangat kisah St. Valentine yaitu Hari Valentine
sebagai salah satu Perayaan Agama yang di Alkitab pun tidak dikisahkan?
Ternyata, Pihak Romawi sengaja menjadikan hari wafatnya St. Valentine sebagai hari raya untuk menepis
dan menggantikan budaya Pagan yang jatuh tanggal 13-15 Feb. Mereka tau budaya
ini harus dihapuskan. Namun, untuk menghapusnya suatu budaya turun temurun
sangatlah susah, sehingga mereka mengambil kesempatan untuk menggantikan budaya
tersebut dengan perayaan Valentine.
Sebenarnya secara alkitabiah Perayaan Valentine sangat tidak cocok untuk dijadikan Hari Raya Besar Agama. Namun, demi tujuan untuk menghilangkan budaya Paganism yang bertentangan dengan agama, maka saat itu Hari Valentine sempat dijadikan sebagai perayaan agama.
Ternyata, hal ini berhasil diterima masyakarat Romawi. Nah, inilah yang membuat aku salut dengan perayaan Valentine karena perayaan ini bisa menghapus kebiasaan menyembah dewa, bahkan mereka memilih untuk memeluk agama.
Seiring berjalannya waktu, umat manusia semakin mengenal konsep ketuhanan dan agama. Hal ini membuat pihak Vatikan sudah menghapuskan perayaan Valentine dari daftar perayaan agama karena kurang sesuai untuk dijadikan hari besar agama setara Natal ataupun Paskah. Jadi, perayaan ini sudah lama tidak diangkat sebagai perayaan agama ya, gaes, melainkan sebatas kebudayaan ataupun peringatan yang tidak ada hubungannya dengan agama. (makanya kalender kita nggak merah di tanggal 14 Februari, Hahaha)
Sebenarnya secara alkitabiah Perayaan Valentine sangat tidak cocok untuk dijadikan Hari Raya Besar Agama. Namun, demi tujuan untuk menghilangkan budaya Paganism yang bertentangan dengan agama, maka saat itu Hari Valentine sempat dijadikan sebagai perayaan agama.
Ternyata, hal ini berhasil diterima masyakarat Romawi. Nah, inilah yang membuat aku salut dengan perayaan Valentine karena perayaan ini bisa menghapus kebiasaan menyembah dewa, bahkan mereka memilih untuk memeluk agama.
Seiring berjalannya waktu, umat manusia semakin mengenal konsep ketuhanan dan agama. Hal ini membuat pihak Vatikan sudah menghapuskan perayaan Valentine dari daftar perayaan agama karena kurang sesuai untuk dijadikan hari besar agama setara Natal ataupun Paskah. Jadi, perayaan ini sudah lama tidak diangkat sebagai perayaan agama ya, gaes, melainkan sebatas kebudayaan ataupun peringatan yang tidak ada hubungannya dengan agama. (makanya kalender kita nggak merah di tanggal 14 Februari, Hahaha)
Q
: "Hari Valentine
itu sangat menjij*kan di mana semua orang akan berkencan, bahkan tidak sedikit yang free
sex. Aku pantas
menyebutnya Hari Seks yang menjij*kkan.”
A : “Semenjak dihapuskan jadi hari raya agama, Hari Valentine pun berubah menjadi kebudayaan. Komersialisasi dan westernisasi
menjajah dan merombak habis hari Valentine ini. Valentine (masa kini) dijadikan sebagai ajang mencari
keuntungan dan kepuasan duniawi semata. Negara-negara tertentu memanfaatkan moment ini menjadi sebuah moment
peraub keuntungan dengan menambahkan budaya tukar kado, pemberian coklat,
bunga, sampai pem-bookingan kamar
hotel. Padahal, esensi Valentine Day mulanya untuk mengingatkan kita kembali dalam mengasihi.
Bicara soal hal-hal negatif yang dilakukan saat Valentine, tanpa menunggu hari itu pun kalau orang mau berbuat maksiat akan tetap berbuat maksiat. Jadi, tergantung pribadi sendiri memaknai Kasih Sayang itu seperti apa. Ada yang memaknai Kasih Sayang itu dengan diberi hadiah, pujian, maupun benda. Ada yang memaknai kasih sayang dengan diberi perhatian, atau hal lain tergantung cara kamu memaknai kasih sayang itu seperti apa.
Bicara soal hal-hal negatif yang dilakukan saat Valentine, tanpa menunggu hari itu pun kalau orang mau berbuat maksiat akan tetap berbuat maksiat. Jadi, tergantung pribadi sendiri memaknai Kasih Sayang itu seperti apa. Ada yang memaknai Kasih Sayang itu dengan diberi hadiah, pujian, maupun benda. Ada yang memaknai kasih sayang dengan diberi perhatian, atau hal lain tergantung cara kamu memaknai kasih sayang itu seperti apa.
Q
: “Ya, tetap saja bagi saya itu haram. Dan saya ga mau merayakannya. “
A : “Sama, aku juga ga mengadakan perayaan khusus Valentine kok. Tapi aku nggak mengharamkannya juga. Bagiku berupaya untuk melakukan yang baik dan sebisa mungkin
mengajak yang lain berperilaku baik itu adalah batas bagianku. Tugasku bukan untuk menjudge atau menghakimi orang lain.
Nah, begitulah sedikit dari
panjangnya perdebatan yang pernah terjadi tentang Hari Valentine ini. Terlepas bagaimana cara kamu memandang Hari Valentine, tetaplah mengasihi siapapun tanpa memandang SARA. Jika ada yang mau memberi tambahan maupun sanggahan silahkan bubuhkan komentar di bawah ini.
Selamat Hari Valentine Saudaraku. Semoga semakin diberkati.
Selamat Hari Valentine Saudaraku. Semoga semakin diberkati.
Comments
Post a Comment