AKHIRRRNYAAAA!!!
Setelah
hibernasi terlalu lama saya bisa kembali lagi ke dunia blog ini. Postingan blog
sebelumnya 80% sudah didelete dan mau memperbaharui blog sekarang dengan bahasa
yang agak lebih mudah dimengerti, meskipun kontennya mirip-mirip dengan yang
kemaren. Hmm, sudah lama sepertinya terlalu banyak menjanjikan untuk nge-blog tapi tidak
terealisasi oleh semua penghalang yang ada, hingga di satu titik tibalah
keseloan untuk menunggu yang harus ditunggu (jawaban job) telah datang dan membuat aku jadinya banyak
waktu kembali di depan laptop.
Berhubung
sebentar lagi mahasiswa semester 6 UGM mau langsungkan KKN, jadi topik saat ini
adalah tentang KKN (Kuliah Kerja Nyata).
Mungkin yang dibahas di sini lebih ke
pengalaman hari H, bukan persiapan seperti bentuk kelompok, cari dana, dll
karena rasanya udah telat untuk bahas ini. Oke langsung aja ya di sini akan aku
jabarkan pengalamanku KKN, apa yang harus dipersiapkan, cara menghadapi masalah
di KKN, dan apa saja yang dapat dilakukan untuk program pasca KKN (tapi diposting terpisah biar ga kebanyakan dalam satu postingan). Let’s start
!!!
………………………………………………..
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
merupakan perwujudan dari salah satu elemen Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu
pengabdian masyarakat. Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai universitas
kerakyatan telah melestarikan budaya KKN sejak tahun 1951 dan menjadikannya
sebagai salah satu program unggulan. Dengan bobot 3 SKS, KKN tidak hanya
sekadar menjadi syarat kelulusan Strata-1 mahasiswa UGM, tetapi lebih dari itu.
KKN menjadi sebuah sarana terbaik bagi
mahasiswa untuk mengabdi dan mengaplikasikan ilmu yang dijajaki di bangku perkuliahan.
Beranggotakan mahasiswa dari
berbagai jurusan dan kluster yang berbeda, KKN juga menjadi tempat terciptanya
interdisipliner ilmu yang saling memperkuat satu-kesatuan untuk membangun
masyarakat desa. Di samping itu, KKN berperan serta sebagai tempat pembelajaran
bagi mahasiswa, baik dalam proses komunikasi, pengenalan budaya baru, serta
proses menjadi pemimpin dan pembentukan karakter. Aku tidak pernah menyangka
KKN begitu berkesan, berpengaruh besar bagiku, dan mengubah deretan kisah yang
kelak akan menjadi kenangan manis tak terlupakan di masa depan. Memang dalam
pelaksanaanya tak selalu mulus sesuai ekspektasi. Kendala dan permasalahan
kerap kali muncul menjadi pelengkap kisah KKN.
Sedari dulu
aku memang berniat untuk melaksanakan program KKN di bagian timur Indonesia,
salah satu target bidikanku ialah Sulawesi. Aku sempat mendaftar ke sana dan
sudah membentuk tim. Namun, saat orangtuaku mendengar perjalanan menuju TKP
memakan waktu 3-5 hari di kapal laut membuat aku terpaksa untuk membatalkan
minat KKN di sana. Sebetulnya aku sendiri tidak masalah dengan itu, hanya saja
restu orangtua tidak mengiringi. Akhirnya salah satu temanku, sekaligus partner
skripsweetku, Jati Uluphy, mengajak bergabung di Aikmel, Lombok Timur. Ahh,
masih bagian timur juga, ga apa apa untuk mencoba di sana walaupun sebenarnya masih
ingin di Sulawesi. Alasan kenapa ingin ke timur sebenarnya karena aku ingin
merasakan bagaimana kehidupan di sana, kebetulan aku berasal dari barat
(Sumatera maksudnya hehehe) dan sudah merasakan kehidupan di tengah (di Jawa
maksudnya :) ), dan ingin melihat dan
merasakan kehidupan di timur (ini benerannnn, ku ga tipu-tipu huhu)
Akhirnya
tibalah H-H berangkat KKN.
Di jadwal sih
start tanggal 20 Juni, tapi kami berangkat tanggal 19 Juni malam karena melalui
jalur darat terlebih dahulu menuju Surabaya. Esok harinya perjalanan
dilanjutkan menggunakan pesawat rute Surabaya – Lombok. Saat itu sudah memasuki
bulan Rahmadan, kami sempat berbuka puasa di pinggir jalan. Sesampai di Lombok
kami dijemput dua bis pemda Lombok Timur untuk mengantar kami menuju desa
Aikperapa. Kami disambut kepala desa Aikperapa lalu diantar menuju pondokan. Saat
itu tidak ada penyambutan. Kami adalah tim pertama dari luar pulau yang
mengadakan KKN di sana. Kami beristirahat dan bersih-bersih pondokan. Saat itu,
pembagian rumah bedasarkan gender: cowo sendiri, cewe sendiri. Namun, keesokan
harinya, Pak Camat datang dan memberi pernyataan bahwa kami harus ditempatkan
di dua desa yaitu Aikperapa dan Toya. Yaa, baru hari kedua udah terjadi mis
komunikasi coba. Semua planning di awal baik itu pembagian kelompok sub unit,
pembagian kormasit, pembagian tugas, dan lainnya semua terpaksa berubah. Ya,
you know lah ga mudah untuk mengubah dan mengatur semuanya dalam waktu yang
singkat. Perdebatan dan perbedaan pendapat sudah mulai muncul saat itu. Nah, di
sini harus hati-hati ya guys, jangan sampai kenyamanan dan keindahan KKN mu
rusak karena perdebatan-perdebatan ini. Untung saja kami bisa melewati step
pertama ini. Tidak hanya berhenti di situ, ada banyak masalah lainnya yang kami
hadapi. Tetapi kalau kalian tetap satu dan mengutamakan kepentingan bersama
pasti semuanya akan berakhir baik baik saja. Btw, kedatangan kami sebenarnya
sedikit miskom dengan pihak kecamatan, makanya kami disambut H+5 kedatangan
kami. So far ga papa lah ya untuk tim pertama yang masih penug penyesuaian.
Baik di desa
Toya dan Aikperapa kami disambut hangat dan akrab oleh warga sekitar. Kami
disuguhi hasil panen, ditawarkan bantuan dan makanan, diajak keliling desa dan
wisata, dan disambut layaknya keluarga. Ini adalah pengalaman berharga bagi
kami. Selama KKN kami tidak hanya
menjalankan program semata, kami juga membangun hubungan yang baik dengan warga
dan mendengar keluh kesah mereka. Di sini juga kami juga belajar dari
masyarakat, belajar kebudayaan masyarakat Suku Sasak, suku asli Lombok, belajar
memasak masakan khas Lombok, serta belajar nilai-nilai kehidupan yang tidak
kami peroleh saat di bangku kuliah. Bahkan
hubungan kami tetap terjaga sampai saat ini meskipun kami sudah tidak melakukan
program di sana. Terbukti ketika salah satu dari kami berkunjung ke sana,
mereka terbuka untuk menerima kami mampir di rumah warga dan fellowship di
sana, demikian sebaliknya.
Persiapan KKN
memang Cuma beberapa bulan, pelaksanaannya beberapa minggu, tetapi pengalaman
dan kesannya eternal tak terlupakan. Dari sana aku belajar memahami sikap 30
orang dengan latar belakang, sikap, dan keinginan yang berbeda, belajar bertata
karma di kampong orang, belajar menghargai dan saling menolong, belajar
berjuang dan tidak ego sendiri.
Terakhir,
jangan mikir KKN untuk “jalan-jalan-oriented” karna nanti kamu ga menikmati
jalannya keindahan KKN. Iya, nanti jalan-jalan itu ada waktunya dan itu hanya bonus
bukan tujuan utama, ataupun planning besarmu.
AKHIRRRNYAAAA!!!
Setelah
hibernasi terlalu lama saya bisa kembali lagi ke dunia blog ini. Postingan blog
sebelumnya 80% sudah didelete dan mau memperbaharui blog sekarang dengan bahasa
yang agak lebih mudah dimengerti, meskipun kontennya mirip-mirip dengan yang
kemaren. Hmm, sudah lama sepertinya menjanjikan untu nge-blog tapi tidak
terealisasi oleh semua penghalang yang ada, hingga di satu titik tibalah
keseloan menunggu yang harus ditunggu (jawaban job) membuat aku jadinya banyak
waktu kembali di depan laptop.
Berhubung
sebentar lagi mahasiswa semester 6 UGM mau langsungkan KKN, jadi topik saat ini
adalah tentang KKN (Kuliah Kerja Nyata). Mungkin yang dibahas di sini lebih ke
pengalaman hari H, bukan persiapan seperti bentuk kelompok, cari dana, dll
karena rasanya udah telat untuk bahas ini. Oke langsung aja ya di sini akan aku
jabarkan pengalamanku KKN, apa yang harus dipersiapkan, cara menghadapi masalah
di KKN, dan apa saja yang dapat dilakukan untuk program pasca KKN. Let’s start
!!!
………………………………………………..
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
merupakan perwujudan dari salah satu elemen Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu
pengabdian masyarakat. Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai universitas
kerakyatan telah melestarikan budaya KKN sejak tahun 1951 dan menjadikannya
sebagai salah satu program unggulan. Dengan bobot 3 SKS, KKN tidak hanya
sekadar menjadi syarat kelulusan Strata-1 mahasiswa UGM, tetapi lebih dari itu.
KKN menjadi sebuah sarana terbaik bagi
mahasiswa untuk mengabdi dan mengaplikasikan ilmu yang dijajaki di bangku perkuliahan.
Beranggotakan mahasiswa dari
berbagai jurusan dan kluster yang berbeda, KKN juga menjadi tempat terciptanya
interdisipliner ilmu yang saling memperkuat satu-kesatuan untuk membangun
masyarakat desa. Di samping itu, KKN berperan serta sebagai tempat pembelajaran
bagi mahasiswa, baik dalam proses komunikasi, pengenalan budaya baru, serta
proses menjadi pemimpin dan pembentukan karakter. Aku tidak pernah menyangka
KKN begitu berkesan, berpengaruh besar bagiku, dan mengubah deretan kisah yang
kelak akan menjadi kenangan manis tak terlupakan di masa depan. Memang dalam
pelaksanaanya tak selalu mulus sesuai ekspektasi. Kendala dan permasalahan
kerap kali muncul menjadi pelengkap kisah KKN.
Sedari dulu
aku memang berniat untuk melaksanakan program KKN di bagian timur Indonesia,
salah satu target bidikanku ialah Sulawesi. Aku sempat mendaftar ke sana dan
sudah membentuk tim. Namun, saat orangtuaku mendengar perjalanan menuju TKP
memakan waktu 3-5 hari di kapal laut membuat aku terpaksa untuk membatalkan
minat KKN di sana. Sebetulnya aku sendiri tidak masalah dengan itu, hanya saja
restu orangtua tidak mengiringi. Akhirnya salah satu temanku, sekaligus partner
skripsweetku, Jati Uluphy, mengajak bergabung di Aikmel, Lombok Timur. Ahh,
masih bagian timur juga, ga papa mencoba di sana walaupun sebenarnya masih
ingin di Sulawesi. Alasan kenapa ingin ke timur sebenarnya karena aku ingin
merasakan bagaimana kehidupan di sana, kebetulan aku berasal dari barat
(Sumatera maksudnya hehehe) dan sudah merasakan kehidupan di tengah (di Jawa
maksudnya :) ), dan ingin melihat dan
merasakan kehidupan di timur (ini benerannnn, ku ga tipu-tipu huhu)
Akhirnya
tibalah H-H berangkat KKN.
Di jadwal sih
start tanggal 20 Juni, tapi kami berangkat tanggal 19 Juni malam karena melalui
jalur darat terlebih dahulu menuju Surabaya. Esok harinya perjalanan
dilanjutkan menggunakan pesawat rute Surabaya – Lombok. Saat itu sudah memasuki
bulan Rahmadan, kami sempat berbuka puasa di pinggir jalan. Sesampai di Lombok
kami dijemput dua bis pemda Lombok Timur untuk mengantar kami menuju desa
Aikperapa. Kami disambut kepala desa Aikperapa lalu diantar menuju pondokan. Saat
itu tidak ada penyambutan. Kami adalah tim pertama dari luar pulau yang
mengadakan KKN di sana. Kami beristirahat dan bersih-bersih pondokan. Saat itu,
pembagian rumah bedasarkan gender: cowo sendiri, cewe sendiri. Namun, keesokan
harinya, Pak Camat datang dan memberi pernyataan bahwa kami harus ditempatkan
di dua desa yaitu Aikperapa dan Toya. Yaa, baru hari kedua udah terjadi mis
komunikasi coba. Semua planning di awal baik itu pembagian kelompok sub unit,
pembagian kormasit, pembagian tugas, dan lainnya semua terpaksa berubah. Ya,
you know lah ga mudah untuk mengubah dan mengatur semuanya dalam waktu yang
singkat. Perdebatan dan perbedaan pendapat sudah mulai muncul saat itu. Nah, di
sini harus hati-hati ya guys, jangan sampai kenyamanan dan keindahan KKN mu
rusak karena perdebatan-perdebatan ini. Untung saja kami bisa melewati step
pertama ini. Tidak hanya berhenti di situ, ada banyak masalah lainnya yang kami
hadapi. Tetapi kalau kalian tetap satu dan mengutamakan kepentingan bersama
pasti semuanya akan berakhir baik baik saja. Btw, kedatangan kami sebenarnya
sedikit miskom dengan pihak kecamatan, makanya kami disambut H+5 kedatangan
kami. So far ga papa lah ya untuk tim pertama yang masih penug penyesuaian.
Baik di desa
Toya dan Aikperapa kami disambut hangat dan akrab oleh warga sekitar. Kami
disuguhi hasil panen, ditawarkan bantuan dan makanan, diajak keliling desa dan
wisata, dan disambut layaknya keluarga. Ini adalah pengalaman berharga bagi
kami. Selama KKN kami tidak hanya
menjalankan program semata, kami juga membangun hubungan yang baik dengan warga
dan mendengar keluh kesah mereka. Di sini juga kami juga belajar dari
masyarakat, belajar kebudayaan masyarakat Suku Sasak, suku asli Lombok, belajar
memasak masakan khas Lombok, serta belajar nilai-nilai kehidupan yang tidak
kami peroleh saat di bangku kuliah. Bahkan
hubungan kami tetap terjaga sampai saat ini meskipun kami sudah tidak melakukan
program di sana. Terbukti ketika salah satu dari kami berkunjung ke sana,
mereka terbuka untuk menerima kami mampir di rumah warga dan fellowship di
sana, demikian sebaliknya.
Persiapan KKN
memang Cuma beberapa bulan, pelaksanaannya beberapa minggu, tetapi pengalaman
dan kesannya eternal tak terlupakan. Dari sana aku belajar memahami sikap 30
orang dengan latar belakang, sikap, dan keinginan yang berbeda, belajar bertata
karma di kampong orang, belajar menghargai dan saling menolong, belajar
berjuang dan tidak ego sendiri.
Terakhir,
jangan mikir KKN untuk “jalan-jalan-oriented” karna nanti kamu ga menikmati
jalannya keindahan KKN. Iya, nanti jalan-jalan itu ada waktunya dan itu hanya bonus
bukan tujuan utama, ataupun planning besarmu.
........
Mungkin
tulisan selanjutnya akan lebih dispesifikkan pada topik-topik khusus ya..
tunggu kelanjutannyaa …..
Artikel Terbaru
Artikel Terbaru
Nice ^^
ReplyDeleteKak, untuk dapet timnya gimana ya? aku takut banget ga dapet tim karena kurang relasi)): trs sempet liat poster oprec tp jurusanku nggak dicari di situ)): gimana ya?
ReplyDeleteoiya, KKN ini apa wajib beda fakultas ya? thx^^
Kalau bisa, minta tolong ceritain di bagian ngurus KKN dari awal ya kak((': makasih banyakk, aku baru semester 3 kok
Delete